• Subscribe
  • Email
    • Gmail
    • Yahoo
  • lorem ipsum

Star Up Di Ujung Tanduk

Administrator  • 2024-05-06 11:11:45

Star Up Di Ujung Tanduk Sumber: CNBC Indonesia

Tak ada gading tak retak, Star Up kini sedang berlomba menghindari lubang maut yang akan membuat mereka gulung usahanya. Tak ayal dari sebagian jenis usaha yang mereka tekuni berusaja sebaik mungkin dan pandai membaca peluang.

Usaha rintisan (start up) dikejar-kejar agar segera melakukan penawaran saham perdana (IPO). Usaha rintisan kecil dicaplok oleh usaha rintisan besar dengan harapan muncul total penjualan yang meningkat. Usaha rintisan yang baru berusaha meraih pasar sudah diminta segera untung. Investor yang lebih tepat disebut ”investor kemarin sore” telah merusak ekosistem usaha rintisan di Indonesia. Mereka ingin segera balik modal pada saat usaha rintisan tengah mengembangkan usaha.

Suasana ini tergambar dari beberapa usaha rintisan yang berkisah kepada Kompas. Mereka merasa sangat tertekan karena beberapa upaya mereka pada ujungnya harus segera untung, padahal mereka baru saja mengembangkan bisnisnya.

Asal mula masalah ini muncul karena tidak sedikit investor yang ikut-ikutan saat investasi ke usaha rintisan di Indonesia mulai berkembang sekitar 10 tahun yang lalu. Mereka yang hanya melihat keriuhan di usaha rintisan mulai mencoba-coba masuk ke usaha rintisan tanpa mengetahui secara persis bisnis ini. Mereka ini yang kini lebih banyak menekan usaha rintisan.

Pada tahun 2018 General Partner di Accelerating Asia Craig Bristol Dixon pernah membahas masalah ini dalam salah satu tulisannya. Secara umum ia menyoroti usaha rintisan di Asia Tenggara. Ia menyebutkan, terlalu banyak investor tahap awal yang tidak mendapat informasi yang memadai dan menerapkan persyaratan yang tidak adil pada usaha rintisan. Langkah ini merugikan perusahaan rintisan tempat mereka melakukan investasi.

Para pendiri usaha rintisan juga sama, atau bahkan lebih, tidak tahu apa-apa tentang cara mengelola investasi tahap awal, apalagi perusahaan mereka. Hasilnya adalah semakin banyak rintisan yang gagal dari yang seharusnya, menciptakan kehancuran finansial, menghancurkan lapangan kerja, dan menghalangi orang mencapai potensi sebagai usaha rintisanglobal dan inovator terkemuka di dunia.

Kondisi usaha rintisan di Indonesia sekarang diperberat karena kucuran dana juga berkurang drastis. Laporan riset Google, Temasek, dan Bain & Company beberapa waktu lalu menyebutkan, kucuran dana semester satu tahun ini dibandingkan dengan semester satu tahun lalu (year on year) memperlihatkan penurunan 87 persen, dari semula sekitar 3,3 miliar dollar AS menjadi hanya 0,4 miliar dollar AS. Persentase penurunan ini tertinggi di antara negara-negara Asia Tenggara lainnya.
Dialami negara lain

Masalah seperti di Indonesia juga dialami di sejumlah negara. Di Amerika Serikat keadaan ini juga tengah terjadi. Semua investor telah memperlambat minat mereka pada usaha rintisan. Silicon Valley Bank yang runtuh beberapa waktu lalu menjadi bukti bahwa ekosistem usaha rintisan mereka telah rusak. Setiap bulan kita melihat semakin banyak bukti bahwa kita mempunyai ekosistem yang rusak.

”Apa sebenarnya yang salah dengan ekosistem usaha rintisan saat ini? Itu adalah pertanyaan yang tepat dari seorang rekan saya. Seperti saya, dia telah menghabiskan sekitar 25 tahun bekerja sebagai wirausaha meskipun dia lebih pintar dan lebih sukses dari saya. Lebih tampan juga. Dia sekarang menghabiskan sebagian besar waktunya berjibaku menyelamatkan usaha rintisan yang menjanjikan untuk mengembangkan bisnis mereka,” tulis Chief Product Officer at Growers Joe Procopio di dalam sebuah tulisan di laman The Medium pada 9 Oktober lalu.

Joe mengatakan, pertanyaan tersebut berasal dari surat elektronik yang baru-baru ini dikirim rekannya kepada dia. Isi lengkapnya menyatakan bahwapada dasarnya rekannya itu sudah angkat tangan karena frustrasi setelah beberapa tahun menyaksikan banyak hal yang fundamental menjadi semakin tidak berarti dan perusahaan-perusahaan bagus dibubarkan karena alasan yang tidak jelas.

Seperti dugaan di atas, Joe juga mengatakan, seluruh ekosistem usaha rintisan sudah sangat kacau. Keadaan ini adalah jenis kondisi yang sangat buruk yang orang hanya memanfaatkan uang dan kehebohan berlebihan. Ramai-ramai berinvestasi ke usaha rintisan. Namun, sebenarnya lebih banyak kehebohan daripada uang itu sendiri, tetapi cukup uang untuk membuat kehebohan tersebut tampak menjadi beralasan.
Peran pemerintah

Salah satu usulan yang sering diungkapkan adalah soal peran pemerintah. Akan tetapi, peran ini bisa memunculkan kompleksitas. Apalagi sekarang merupakan tahun politik.

Risiko pertama adalah pemerintah tidak peduli dengan usaha rintisan mereka. Beberapa di antaranya terlibat dalam kontestasi dan juga urusan dukungan terhadap penyelenggaraan pemilihan umum, maka usaha rintisan diabaikan. Risiko kedua, usaha rintisan malah diajak untuk bertualang dalam dukung-mendukung secara politik. Keduanya memang merepotkan.

Padahal, di salah satu tulisan di Startupblink disebutkan, dukungan pemerintah berperan penting dalam mengembangkan ekosistem usaha rintisan. Di daerah atau lokasi di mana dukungan pemerintah kurang, tidak ada, atau bahkan bertentangan dengan budayausaha rintisan, maka pengembangan usaha rintisan mungkin sulit untuk berhasil.

Ada banyak cara yang bisa dilakukan pemerintah untuk mendukung ekosistem mereka. Suku bunga rendah, inflasi, tingkat pengangguran, pertumbuhan ekonomi, dan perbaikan kesejahteraan merupakan faktor-faktor yang memengaruhi kemampuan ekosistem start up untuk memulai usaha baru dan memenuhi niat kewirausahaan mereka.

Melihat semua ini, usaha rintisan di Indonesia berada dalam kondisi sulit. Banyak investor yang tidak memiliki visi soal bisnis usaha rintisan. Para pendiri yang mulai kebingungan dengan nilai-nilai yang dikembangkan dan pemerintah yang sibuk dengan urusan politik. Semua ini bisa membuat ekosistem usaha rintisan yang sudah terbentuk bakal berantakan.

View reactions (729)
Add Comment
2 Comments
  • @russel


    Lorem ipsum dolor sit amet, consectetur adipisicing elit. Ea, iusto, maxime, ullam autem a voluptate rem quos repudiandae.
  • @carlf


    Lorem ipsum dolor sit amet, consectetur adipisicing elit. Ea, iusto, maxime, ullam autem a voluptate rem quos repudiandae.