• Subscribe
  • Email
    • Gmail
    • Yahoo
  • lorem ipsum

Pemilu Dalam Bayang-Bayang AI

Administrator  • 2024-05-06 21:01:08

Pemilu Dalam Bayang-Bayang AI Sumber: Vocal Media

Pengembangan teknologi kecerdasan buatan bisa digunakan untuk mempengaruhi pilihan di pemilu. AI jadi ancaman bagi demokrasi.
Dapatkah organisasi memanfaatkan teknologi kecerdasan buatan atau AI, seperti ChatGPT, untuk mempengaruhi pemilih dalam pemilu?

Senator AS, Josh Hawley melemparkan pertanyaan itu kepada Sam Altman, CEO OpenAI, pembuat ChatGPT. Altman menjawab dia memang khawatir ada orang yang menggunakan model bahasa untuk memanipulasi, membujuk, dan menarik pemilih lewat interaksi langsung.

Altman tidak mengelaborasi jawabannya, tapi dia sepertinya memiliki skenario berikut ini dalam pikirannya. Bayangkan, dalam waktu dekat, pengembang teknologi dengan motif politik mengembangkan mesin bernama Clogger, kotak hitam yang memuat kampanye politik. Clogger secara terus-menerus mengejar tujuan penciptaannya: memaksimalkan seorang kandidat—seseorang yang membayar kepada Clogger Inc—menang di pemilu.

Media sosial, seperti Facebook, Twitter, dan YouTube, telah lama memanfaatkan AI untuk membuat pengguna betah lebih lama di platform tersebut. Clogger menggunakan AI untuk tujuan lain, yaitu mengubah pilihan orang-orang di pemilu.

Teknologi seperti Clogger bisa membuat sistem otomatisasi meningkatkan skala dan efektivitas manipulasi perilaku dan teknik microtargeting yang telah digunakan dalam kampanye politik sejak awal 2000-an. 

Seperti iklan yang memanfaatkan history di browser dan media sosial untuk membidik target iklan secara personal, Clogger akan mengamati Anda, juga ratusan juta pemilih lain, satu per satu.

Teknologi ini akan menawarkan tiga keunggulan ketimbang manipulasi perilaku berdasarkan algoritma tercanggih saat ini. Pertama, model bahasanya dapat membuat pesan—baik teks, media sosial, maupun e-mail, bahkan foto dan video—yang disusun untuk Anda secara personal. 

Sementara pengiklan menyempilkan promosi produk mereka, model bahasa seperti ChatGPT bisa memproduksi pesan yang jumlahnya tak terhitung untuk Anda, juga bagi jutaan orang lain, selama masa kampanye.

Pertama, pesan yang Clogger kirim bisa mengandung unsur politik, bisa juga tidak. Satu-satunya tujuan mesin ini adalah memaksimalkan suara. Mesin bisa memikirkan strategi mencapai tujuan itu lewat cara yang tak pernah terpikirkan oleh juru kampanye mana pun.

Satu kemungkinannya adalah membanjiri pemilih kubu oposisi dengan informasi tentang olahraga, hiburan, serta hal-hal menarik lain sehingga pesan politik terbenam. Bisa juga dengan mengirim pesan tak menyenangkan, seperti iklan yang datang bertubi-tubi, saat kubu oposisi menerima pesan politik. Mesin juga mampu memanipulasi media sosial teman-teman pemilih untuk memberi kesan bahwa rekan mereka mendukung kandidat tertentu.

Kedua, Clogger tidak mempedulikan kebenaran. Mesin ini bahkan tak bisa membedakan mana benar dan salah. Model bahasa "halusinasi" tidak menjadi masalah karena tujuan utamanya adalah mengubah pilihan politik Anda, bukan menyediakan informasi yang akurat. 

Ketiga, karena sifatnya sebagai kotak hitam kecerdasan buatan, orang tak mungkin tahu strategi yang mesin ini gunakan.

Bukan Tidak Mungkin sebagai demokrasi dengan ekosistem pemilu mengandalkan pencitraan dan konsultan, AI bisa jadi angin segar sekaligus dapat mengancam dengan agenda manupulatif. (Red/Xnews)
 

View reactions (729)
Add Comment
2 Comments
  • @russel


    Lorem ipsum dolor sit amet, consectetur adipisicing elit. Ea, iusto, maxime, ullam autem a voluptate rem quos repudiandae.
  • @carlf


    Lorem ipsum dolor sit amet, consectetur adipisicing elit. Ea, iusto, maxime, ullam autem a voluptate rem quos repudiandae.