• Subscribe
  • Email
    • Gmail
    • Yahoo
  • lorem ipsum

Lumbung Ikan Terjerat Tambang

Administrator  • 2024-05-06 21:24:34

Lumbung Ikan Terjerat Tambang Sumber: Detik Finance

Bahaya rantai makanan kian terancam, tidak salah lagi ulah tangan manusia kembali berulah. Tambang begitu menjadi persoalan tetapi juga dibutuhkan. Demi memnuhi hasrat ekonomi nasional dan mungkin perseorangan banyak oknum atau perusahaan nasional sekalipun tidak begitu peduli dengan nasib lingkungan sekitar.

Faktanya, Hampir separuh potensi perikanan tangkap nasional berada di wilayah timur negeri, khususnya di region Papua dan Kepulauan Maluku. Namun, keberlanjutan sumber daya itu terancam akibat eksploitasi berlebihan. Nelayan kecil menjadi pihak yang paling terpukul. Berdasarkan penelusuran harian Kompas sejak Juni hingga September 2023, gejala overfishing atau penangkapan ikan berlebih di kawasan timur Indonesia mencuat. Liputan Jelajah Laut Papua Maluku ini bekerja sama dengan Yayasan EcoNusa.

Penelusuran dilakukan di sejumlah daerah ”lumbung” ikan di kawasan timur, yakni Sorong (Papua Barat Daya); Kaimana (Papua Barat); Biak (Papua); Ambon, Seram, Buru, Banda, Kei, Aru (Maluku); serta Ternate, Halmahera, dan Morotai (Maluku Utara). Daerah-daerah itu mencakup lima dari 11 Wilayah Pengelolaan Perikanan (WPP) RI, yakni WPP 714, 715, 716, 717, dan 718.

Lampiran Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan (Kepmen KP) Nomor 19/2022 menunjukkan potensi perikanan nasional sebanyak 12.011.125 ton. Dari jumlah tersebut, hampir separuhnya atau 5.437.584 ton, berada di lima WPP kawasan timur.

Namun, berdasarkan lampiran Kepmen KP itu pula diketahui tingkat pemanfaatan sejumlah kelompok ikan di lima WPP tersebut sudah berstatus tereksploitasi penuh dan overeksploitasi. Kelompok ikan yang masuk kategori tersebut yakni cumi-cumi, ikan karang, pelagis besar, lobster, rajungan, dan udang penaeid.

Dampak persoalan ini sangat dirasakan nelayan kecil dan tradisional. Mereka harus melaut lebih jauh dan mengeluarkan ongkos lebih besar untuk mencari ikan. Meski begitu, upaya tersebut tetap tak menjamin tangkapan berlimpah. Penghasilan para nelayan pun anjlok.

Nelayan pancing mengisi perahunya dengan bahan makanan dan perlengkapan untuk mencari ikan di Teluk Buli, Kabupaten Halmahera Timur, Maluku Utara, September 2023.
Nelayan di Desa Jambula, Kota Ternate, Maluku Utara, saat ditemui pada pertengahan September lalu mengatakan, sejak 1990-an, tangkapan di pesisir berangsur berkurang. Wilayah Maluku Utara berada di WPP 715 dan sebagian WPP 716.

Jenis ikan yang ditangkap pun hanya ikan demersal atau ikan dasar seperti bobara (kuwe). Padahal, semula, ikan-ikan pelagis seperti cakalang, tongkol, dan baby tuna masih mudah diperoleh.

Tak sampai satu mil laut (1,8 kilometer) dari bibir pantai, nelayan sudah bisa mendapat ikan tongkol, cakalang, bahkan tuna. Saat ini ikan-ikan tersebut setidaknya baru bisa didapat setelah menempuh 10-12 mil (18,5-22 km) lebih dari daratan.

Dahulu nelayan di sana bisa menjaring 75 kilogram tongkol sekali melaut dengan jarak kurang dari 1 mil itu. Kini, nelayan hanya mampu mendapatkan 25 kg sekali melaut dengan jarak 10 mil.
Tak hanya harus lebih jauh mencari ikan, ada jenis ikan yang kini juga sulit diperoleh. Salah satunya, menurut Ani, ikan layang yang nyaris tak pernah terlihat lagi di perairan dekat Rua.
Hasil tangkapan kapal jaring besar selama sehari itu setara dengan hasil nelayan kecil selama satu-dua tahun.

Kini ikan makin sulit dicari lantaran semakin banyak kapal besar yang mencari ikan di perairan sekitar 30 mil (55,6 km) dari Ternate. Mereka bahkan memasang rumpon sehingga ikan tak ada lagi yang mendekat ke pesisir. Ketua Koperasi Perikanan Santo Alvin Pratama di Ternate, Hermanto, mengungkapkan, dampak lain dari berkurangnya tangkapan membuat harga ikan terus naik. Ikan kerapu merah yang sudah sulit diperoleh, misalnya, kini dijual sampai Rp 60.000 per kg. Harga itu melambung hampir dua kali lipat dibandingkan dengan harga pada tahun 2015 yang masih Rp 35.000 per kg.

Di Seram, Maluku, Ketua Koperasi Nelayan Produsen Nusakamu Bersama Syamsul Sia mengatakan, kapal berukuran di atas 30 gros ton (GT) yang beroperasi di wilayah kurang dari 12 mil laut menjadi masalah bagi nelayan lokal.

Di Laut Aru-Arafura, perairan dengan potensi perikanan tangkap terbesar di Indonesia, yakni WPP 718, juga mengalami gejala penurunan tangkapan. Kapal-kapal ikan besar setiap hari beroperasi di wilayah itu.
Dari pengamatan Kompas pada Rabu (20/9/2023), deretan kapal berukuran puluhan hingga ratusan GT bersandar di Pelabuhan Perikanan Pantai (PPP) Dobo, Kabupaten Kepulauan Aru, Maluku.

Kepala Seksi Operasional Pelabuhan dan Kesyahbandaran PPP Dobo Naomi Tehupuring mengatakan, terdapat sekitar 1.200 kapal yang berpangkalan di pelabuhan itu. Sebagian besar kapal berasal dari berbagai daerah di Pulau Jawa, seperti Juwana di Jawa Tengah, Probolinggo (Jawa Timur), Cirebon (Jawa Barat), dan Jakarta.
 
Hasil tangkapannya bervariasi berdasarkan alat tangkap. Kapal dengan alat rawai (pancing dasar), misalnya, tangkapannya berkisar 30-40 ton ikan. Sementara kapal purse seine (pukat cincin) bisa menghasilkan 80-100 ton ikan. Berbagai jenis ikan pelagis, demersal, dan udang menjadi buruan utama.

Namun, kapal-kapal itu pun kini juga mengeluhkan berkurangnya tangkapan. Nakhoda Kapal Motor (KM) Bumi Makmur Jaya, Hendrik Anggarai (41), mengungkapkan, penurunan itu terjadi dalam beberapa tahun terakhir. Kapal asal Probolinggo itu menggunakan alat tangkap rawai.

Bayangkan saja, tangkapan ikan demersal di WPP 718, seperti kakap dan kerapu, paling melimpah pada 2017. hal itu dampak dari langkah pemerintah yang melarang penggunaan pukat pada 2015. Namun, sejak November 2020, alat tangkap itu diperbolehkan kembali.

Sejumlah pelaku usaha perikanan di Ambon, Maluku, juga mengungkapkan keresahan atas berkurangnya stok ikan. Akibat jumlah ikan tuna yang merosot, perusahaannya secara bertahap mengurangi armada kapal pool and line-nya dari 400 unit menjadi sekitar 18 unit.

Kehadiran kapal-kapal pukat cincin dengan kapasitas besar dianggapnya menjadi salah satu penyebab hasil tangkapan menurun.
Baca juga: Pungutan Picu Nelayan Kucing-kucingan hingga Konflik
 

View reactions (729)
Add Comment
2 Comments
  • @russel


    Lorem ipsum dolor sit amet, consectetur adipisicing elit. Ea, iusto, maxime, ullam autem a voluptate rem quos repudiandae.
  • @carlf


    Lorem ipsum dolor sit amet, consectetur adipisicing elit. Ea, iusto, maxime, ullam autem a voluptate rem quos repudiandae.